Sejarah Kimia

 


Sejarah kimia modern dapat dikatakan bermula dengan perbedaan kimia dari alkimia oleh Robert Boyle dalam karyanya The Sceptical Chymist, tahun 1661 (meskipun tradisi alkimia terus berlanjut untuk beberapa waktu setelah itu) dan prakter percobaan gravimetri dari kimia medis seperti William Cullen, Joseph Black, Torbern Bergman, dan Pierre Macquer. Langkah penting lainnya dibuat oleh Antoine Lavoisier (Bapak Kimia Modern) melalui pengenalan tentang oksigen dan hukum kekekalan massa, yang membantah Teori phlogiston. Teori bahwa semua materi terbuat dari atom, yang merupakan unsur terkecil dari materi yang tidak dapat dipecah tanpa kehilangan kimia dasar dan sifat fisik dari materi, diberikan oleh John Dalton pada tahun 1803, meskipun pertanyaan tersebut membutuhkan seratus tahun untuk dapat dibuktikan. Dalton juga merumuskan hukum hubungan massa. Pada tahun 1869, Dmitri Mendeleev membuat tabel periodik elemen berdasarkan penemuan Dalton.

Sintesis urea oleh Friedrich Wöhler membuka bidang penelitian baru, kimia organik, dan pada akhir abad ke-19, ilmuwan mampu mensintesis ratusan senyawa organik. Bagian akhir dari abad ke-19 melihat eksploitasi petrokimia bumi, setelah kehabisan pasokan minyak dari ikan paus. Pada abad ke-20, produksi sistematis dari bahan-bahan yang halus memberikan pasokan produk jadi yang menyediakan tidak hanya energi, tetapi juga bahan sintetis untuk pakaian, obat-obatan, dan sumber daya pakai sehari-hari. Penerapan teknik kimia organik untuk organisme hidup menghasilkan kimia fisiologis, pendahulu dari biokimia. Abad ke-20 juga melihat integrasi fisika dan kimia, dengan sifat kimia dijelaskan sebagai akibat dari struktur elektronik atom. Buku Linus Pauling tentang The Nature of the Chemical Bond menggunakan prinsip mekanika kuantum untuk menjelaskan ikatan simpul dalam molekul yang lebih rumit. Karya Pauling memuncak dalam pemodelan fisik dari DNAthe secret of life (menurut Francis Crick, tahun 1953). Pada tahun yang sama, percobaan Miller-Urey didemonstrasikan dalam sebuah simulasi proses primordial, bahwa unsur dasar protein, asam amino sederhana, bisa dibangun sendiri dari molekul sederhana.

Lukisan Raden Saleh

 Tokoh romantisme Delacroix dinilai memengaruhi karya-karya berikut Raden Saleh yang jelas menampilkan keyakinan romantismenya. Saat romantisme berkembang di Eropa di awal abad 19, Raden Saleh tinggal dan berkarya di Prancis (1844 - 1851).

Ciri romantisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas) sekaligus ketidakpastian takdir (dalam realitas). Ekspresi yang dirintis pelukis Prancis Gerricault (1791-1824) dan Delacroix ini diungkapkan dalam suasana dramatis yang mencekam, lukisan kecoklatan yang membuang warna abu-abu, dan ketegangan kritis antara hidup dan mati.

Lukisan-lukisannya yang dengan jelas menampilkan ekspresi ini adalah bukti Raden Saleh seorang romantisis. Konon, melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu singa, rusa, banteng, dll. Raden Saleh terkesan tak hanya menyerap pendidikan Barat tetapi juga mencernanya untuk menyikapi realitas

di hadapannya. Kesan kuat lainnya adalah Raden Saleh percaya pada idealisme kebebasan dan kemerdekaan, maka ia menentang penindasan.

Penangkapan Diponegoro[sunting | sunting sumber]

"Penangkapan Pangeran Diponegoro" karya Raden Saleh (1857).
"Penyerahan Diri Diponegoro" karya Nicolaas Pieneman (1835).

Raden Saleh terutama dikenang karena lukisan historisnya, Penangkapan Pangeran Diponegoro,[7] yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang Jawa pada 1830. Sang Pangeran dibujuk untuk hadir di Magelang untuk membicarakan kemungkinan gencatan senjata, tetapi pihak Belanda tidak memenuhi jaminan keselamatannya, dan Diponegoro pun ditangkap.

Pada waktu Saleh, peristiwa tersebut telah dilukis oleh pelukis Belanda Nicolaas Pieneman dan dikomisikan oleh Jenderal de Kock. Diduga Saleh melihat lukisan Pieneman tersebut saat ia tinggal di Eropa. Seakan tidak setuju dengan gambaran Pieneman, Raden memberikan sejumlah perubahan signifikan pada lukisan versinya; Pieneman menggambarkan peristiwa tersebut dari sebelah kanan, Saleh dari kiri. Sementara Pieneman menggambarkan Diponegoro dengan wajah lesu dan pasrah, Saleh menggambarkan Diponegoro dengan raut tegas dan menahan amarah. Pieneman memberi judul lukisannya Penyerahan Diri Diponegoro, Saleh memberi judul Penangkapan Diponegoro. Diketahui bahwa Saleh sengaja menggambar tokoh Belanda di lukisannya dengan kepala yang sedikit terlalu besar agar tampak lebih mengerikan.[7]

Perubahan-perubahan ini dipandang sebagai rasa nasionalisme pada diri Saleh akan tanah kelahirannya di Jawa. Hal ini juga dapat terlihat pada busana pengikut Diponegoro. Pieneman sendiri tidak pernah ke Hindia Belanda, dan karena itu ia menggambarkan pengikut Diponegoro seperti orang Arab.[7] Gambaran Saleh cenderung lebih akurat, dengan kain batik dan blangkon yang terlihat pada beberapa figur. Saleh juga menambahkan detail menarik, ia tidak melukiskan senjata apapun pada pengikut Diponegoro, bahkan keris Diponegoro pun tidak ada. Ini menunjukkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada bulan Ramadhan, karena itu Pangeran dan pengikutnya datang dengan niat baik.

Setelah selesai dilukis pada 1857, Saleh mempersembahkan lukisannya kepada Raja Willem III di Den HaagPenangkapan Pangeran Diponegoro baru pulang ke Indonesia pada 1978. Kepulangan lukisan tersebut merupakan perwujudan janji kebudayaan antara Indonesia-Belanda pada 1969, tentang kategori pengembalian kebudayaan milik Indonesia yang diambil, dipinjam, dan dipindahtangan ke Belanda pada masa lampau. Namun dari itu, lukisan Penangkapan tidak termasuk ketiga kategori tersebut, karena sejak awal Saleh memberikannya kepada Raja Belanda dan tidak pernah dimiliki Indonesia. Lukisan tersebut akhirnya diberikan sebagai hadiah dari Istana Kerajaan Belanda dan sekarang dipajang di Istana NegaraJakarta.[7]

 sumber; https://id.wikipedia.org/wiki/Raden_Saleh#Referensi

Alessandro Volta

 


Alessandro Giuseppe Antonio Anastasio Gerolamo Umberto Volta (18 Februari 1745 – 5 Maret 1827) adalah seorang fisikawan, ahli kimia guru besar, pengarang, dan penemu elemen baterai atau tumpukan Volta(1800), juga penemu kondensator, eudimeter, pistol listrik, dan lampu udara. Dia memperbaiki elektroforus (1777) dan elektroskop, selain juga menemukan dan mengisolasi gas metan (1778). Ia terutama dikenal karena mengembangkan baterai pada tahun 1800. Putra seorang bangsawan ini mempunyai saudara kandung 9 orang. Semuanya masuk biara kecuali dirinya, Volta.

Pada usia 14 tahun, Volta menegaskan bahwa dia ingin menjadi seorang ahli fisika. Dia menjadi guru fisika pada usia 29 tahun dan mengajar di sekolah Como. Dia lalu menemukan elektrofikus, alat untuk menghasilkan muatan listrik dengan jalan induksi. Alat terdiri dari 2 plat logam, plat pertama & kedua. Plat tertutup oleh ebonit & kedua tegangan berisolasi. Plat pertama di gosok dan dimuati listrik negatif. Jika plat kedua ditaruh di atasnya, muatan lisrik positif tertarik ke permukaan bagian bawah. Muatan negatif terusir ke atas. Muatan negatif lalu ditarik ke tanah. Proses ini di ulang berkali-kali sampai ada muatan yang kuat pada plat kedua. Mesin pengumpul muatan ini menjadi dasar kondensator / kapasitor sampai saat ini.

Ia melanjutkan pekerjaan Luigi Galvani dan membuktikan bahwa teori Galvani yaitu efek kejutan kaki kodok adalah salah. Secara fakta, efek ini muncul akibat 2 logam tak sejenis dari pisau bedah Galvani. Berdasarkan pendapat ini, Volta berhasil menciptakan "Baterai Volta" (Voltac Pile). Atas jasanya, satuan beda potensial listrik dinamakan volt.


sumber; https://id.wikipedia.org/wiki/Alessandro_Volta

Bedah saraf


 Bedah saraf merupakan bidang kesehatan khusus yang berpusat pada pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi gangguan yang menyerang sistem saraf, yang meliputi otak, sumsum tulang belakang, dan saraf perifer. Bidang ini menangani seluruh sifat-sifat penyakit termasuk penyakit bawaan, trauma, terkait dengan infeksi, dan degeneratif. Salah satu contoh kondisi penyakit bawaan adalah hidrosepalus, sedangkan kasus penyakit yang berhubungan dengan infeksi termasuk meningitis dan mielomeningokel; kedua penyakit ini umumnya menyerang pasien anak-anak. Yang lebih umum menyerang orang dewasa adalah kondisi neurologis traumatis, yang merupakan trauma kepala atau tulang belakang yang dapat menyebabkan perdarahan dalam, sementara penyakit degeneratif termasuk aneurisma dan penyakit Parkinson lebih umum menyerang pasien yang lebih tua.

Karena sifatnya yang meluas, bedah saraf dibagi dalam berbagai kategori, termasuk bedah saraf umum dan sejumlah cabang khusus.

  • Bedah saraf umum – Bedah saraf umum terlibat dalam sebagian besar kondisi yang bersifat neurologis terutama trauma neurologis dan keadaan darurat neurologis, salah satu contohnya adalah pendarahan intrakranial.
  • Bedah saraf pembuluh darah dan endovaskuler – Bedah ini melibatkan pemeriksaan dan pengobatan aneurisma, stenosis karotis, stroke, vasopasme, dan struktur tulang belakang tidak sesuai. Perawatan bedah dengan kondisi tersebut, saat ini dilakukan dengan menggunakan teknik rendah risiko seperti angioplasti, pemasangan stent, dan embolisasi.
  • Bedah saraf tulang belakang – Bedah ini merupakan perawatan untuk gangguan yang menyerang leher, toraks, dan tulang belakang bagian lumbal; gangguan ini termasuk artritis pada cakram tulang belakang, tekanan saraf tulang belakang akibat trauma, atau spondilosis. Gejala untuk masalah tulang belakang termasuk kekurangan keseimbangan, mati rasa dan kesemutan pada tangan dan kaki.
  • Bedah saraf perifer – Bedah saraf perifer umum termasuk dekompresi saluran karpal untuk pengobatan carpal tunnel syndrome serta transposisi saraf perifer; cabang bedah saraf ini bertanggung jawab untuk mengobati kondisi saraf terjepit.
  • Bedah saraf stereotaktik, fungsional, dan epilepsi
  • Bedah saraf Onkologi
  • Bedah pangkal tengkorak
  • Bedah saraf Pediatri


Selain kategori yang disebutkan diatas, bedah saraf juga melibatkan penggunaan berbagai metode bedah untuk memeriksa dan mengobati kondisi saraf. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran dari metode bedah saraf konvensional dengan metode alternatif yang lebih modern. Sementara metode konvensional membutuhkan bedah terbuka dimana dokter bedah membuka tengkorak untuk menjangkau otak, metode yang baru saja dikembangkan saat ini memungkinkan dokter bedah untuk melakukan pembedahan dalam mengatasi penyakit saraf melalui celah kecil. Metode ini menggunakan mikroskop, endoskop, dan yang paling baru, metode neuroradiologi. Saat ini, teknik bedah terbuka biasanya dilakukan untuk kasus trauma atau keadaan darurat.

Bedah mikro, atau bedah saraf mikroskopis, yang menggunakan teknologi mikroskopis untuk memungkinkan dokter bedah mengobati daerah yang sakit pada otak melalui lubang kecil, yaitu hanya dengan memperbesar daerah perawatan. Saat ini, bahkan tindakan bedah kompleks seperti penjepitan aneurisma atau tulang belakang seperti mikrodisektomi atau laminektomi dapat dilakukan melalui bedah mikroskopis, yang membuat perawatan bedah saraf menjadi lebih rendah risiko.

Saat ini, bedah saraf Endoskopi juga banyak digunakan dalam pengobatan tumor hipofisis, kebocoran cairan serebrospinal, hidrosepalus, kistakoloid, dan sebagainya.

Neuroradiologi akhir-akhir ini menjadi identik dengan bedah saraf modern dan berperan besar baik dalam pemeriksaan maupun pengobatan masalah saraf. Teknologi neuro radiologi meliputi:

  • Pencitraan tomografi komputer dengan bantuan komputer, atau lebih dikenal sebagai CT Scan
  • Magnetic Resonance Imaging atau MRI
  • Tomografi Emisi Positron atau PET
  • Magnetoencephalography atau MEG
  • Bedah radio stereotaktik

sumber; https://www.docdoc.com/id/info/specialty/bedah-saraf

Popular Posts

Blogger templates

Blog Archive

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Phytagoras

  Pythagoras dari Samos [a]   (lahir sekitar tahun 570 SM - meninggal sekitar tahun 495 SM) adalah seorang filsuf   Yunani   Ionia   kuno da...